Harry Lim: Pelopor Sejati Jazz di Indonesia dan Dunia

Posted on: 02/11/2015, by :

Selagi dalam proses penelitian dan penulisan sejarah jazz di Indonesia (catatan: masih dalam proses penulisan; direncanakan terbit dalam tiga volume, membentangi sejarah jazz di Indonesia semenjak 1900 sampai sekarang), saya cukup berhasil menemukan kembali banyak tokoh-tokoh pelopor jazz di Indonesia yang selama ini terlupakan. Bahkan ada beberapa yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Salah satu tokoh tersebut walau bukan musisi namun perannya penting dalam sejarah jazz di dunia dan di Indonesia khususnya. Beliau adalah Harry Lim.

Harry lahir 1919 di Batavia (sekarang Jakarta). Setelah sekolah beberapa tahun di Batavia (tingkat SD), beliau melanjutkan HL-JRM-SSpendidikannya di Belanda. Di sana Harry pertama kalinya menemukan musik jazz yang sahih lewat berbagai piringan hitam dan mulai secara aktif menggauli Jazz. Di sana pula Harry mulai berhubungan dengan banyak musisi Jazz Amerika yang sedang berkunjung ke Eropa. Salah satunya yang terpenting adalah Coleman Hawkins. Mereka praktis bertetangga ketika Hawk sempat tinggal di Belanda (salah satu negeri yang dia tinggali antara 1934 sampai 1939). Bibit persahabatan terwujud di antara mereka yang terus berlanjut sampai meninggalnya Hawk.

Sekembalinya ke Batavia, Harry langsung aktif dalam berbagai hal yang berhubungan dengan jazz. Harry merupakan salah satu tokoh pendiri komunitas penggemar jazz pertama di Indonesia: Batavia Rhythm Club. Perannya dimulai sebagai salah satu komisaris komunitas tesebut. Kemudian perannya berganti menjadi editor dan salah satu kolumnis/kritikus di Swing, majalah keanggotaan komunitas tersebut. Tulisan-tulisan beliau lugas. Kritik beliau atas berbagai rekaman jazz tajam dan berisi. Seleranya yang tinggi dan pengetahuan yang terasah menjadi batu loncatan dan patokan bagi semua anggota komunitas tersebut. Secara tak sengaja, peran terpenting Harry di Indonesia terwujud yaitu sebagai pelopor bidang jurnalisme khususnya mengenai musik jazz.

Sebelum melanjutkan pendidikannya ke jenjang kuliah, Harry berkeputusan mengambil liburan panjang untuk pergi ke Amerika. Dia memiliki tujuan ganda pergi ke Amerika. Selain untuk rekreasi, Harry hendak mendalami pengetahuannya tentang jazz dengan bertandang ke tempat lahirnya musik tersebut. Tak dinyana inilah saat-saat terakhir Harry di Indonesia. Selagi berada di Belanda sebelum menuju ke Amerika, Perang Dunia II pecah. Harry beruntung dapat meloloskan diri sebelum Nazi Jerman resmi menguasai Belanda.   Kapal laut yang ditumpangi Harry tiba di New York City yang akhirnya menjadi tempat tinggal sampai akhir hidupnya.

Karirnya di Amerika dimulai sebagai promotor berbagai pertunjukkan jazz. Koneksinya dengan berbagai musisi jazz Amerika yang menjadi sahabat Harry kala di Eropa sangat membantu. Sedikit demi sedikit bertambah banyak musisi yang senang dipromotori oleh Harry. Hal ini sangat membantu jenjang karir selanjutnya yang Harry kerjakan: produser rekaman jazz. Tak disadari oleh Harry, karir inilah yang kemudian menjadikan namanya legendaris dan keberadaannya di peta sejarah jazz mutlak tercantum.

Harry berhasil membuat sebuah persetujuan dengan Keynote Records di New York City. Sebagai produser , Harry memiliki kekuasaan untuk merekam siapapun yang dia inginkan karena dia yang mendanai secara pribadi berbagai rekaman tersebut. Dan hasil-hasilnya mencengangkan. Harry menekankan perhatian kepada kelompok kecil (small combo) dengan tema jazz klasik. Dia mengutamakan peranan para pemain Swing terkemuka. Style yang tercakupi dimulai dari New Orleans style sampai ke Bebop; walau tetap tema yang diutamakan oleh Harry selalu Swing karena inilah style yang sangat digemarinya.

HL-KeynoteHarry memulai karir barunya ini langsung dengan sebuah gebrakan. Rekaman pertama yang resmi diproduseri Harry (Desember 1943) adalah pemain tenor saxophone Lester Young bersama Johnny Guarnieri, Slam Stewart, dan Sid Catlett. Dengan seketika terciptalah rekaman legendaris yang sampai sekarang masih dianggap sebagai salah satu maha karya klasik jazz. Harry sendiri tak sampai berpikir apa yang dikerjakan suatu hari akan dilihat sebagai maha karya. Baginya, yang terpenting adalah keinginan untuk bekerja sama dan merekam berbagai pahlawan-pahlawan musik jazz yang selama ini hanya dikenalnya lewat rekaman mereka.

Dimulai dengan Lester Young, Harry melanjutkan kegiatannya dengan mengajak rekaman satu musisi legendaris ke musisi legendaris lainnya. Sahabatnya di Belanda, Coleman Hawkins, direkam awal tahun 1944. Menyusul kemudian: Teddy Wilson, Joe Thomas, Dinah Washington, Roy Eldridge, Cozy Cole, The Kansas City Seven bersama Count Basie, Charlie Shavers, Earl “Fatha” Hines, Benny Morton, Rex Stewart, Billy Taylor, Jonah Jones, Chubby Jackson, Irving Fazola, John Kirby, Buck Clayton, Benny Carter , Barney Bigard, Tab Smith, Don Byas, Harry Carney, Willie Smith, Bud Freeman, Milt Hinton, Israel Crosby, Al Lucas, Red Norvo, Gene Sedric, Juan Tizol, George Barnes, Neal Hefti, Dave Lambert, Buddy Stewart, Red Rodney, Al Haig, Serge Chaloff, dan banyak lagi.

Harry juga memiliki kemampuannya terasah sebagai pencari bakat. Dia adalah produser pertama yang menyadari pentingnya Lennie Tristano, pemain piano yang selain merupakan salah satu pelopor Bebop juga stylist yang sangat unik. Harry memberi kesempatan kepada Tristano untuk pertama kalinya rekaman komersil di studio. Rekaman-rekaman tersebut sangat penting karena menunjukkan dunia betapa uniknya Tristano dan memulai jejak langkahnya menjadi tokoh legendaris.

Selama masa kepemimpinan Harry Lim (1943-1946), Keynote menghasilkan rekaman musik-musik jazz yang sangat diterima massa penggemar jazz. Hasil penjualan menunjukkan sebuah kecenderungan yang positif. Berdasarkan hal tersebut, sebuah keputusan diambil oleh dewan direktur Keynote untuk memperbesar perusahaan tersebut. Namun demikian, penanaman modal yang tidak bijaksana justru menciptakan kondisi yang bertolak belakang. Keynote kehilangan modalnya. Untuk membantu keadaan, dewan direktur meminta bantuan John Hammond ( juga seorang produser dan penemu bakat). Walau Harry menghormati Hammond, dia tak ingin bekerja untuk Hammond. Dia mengambil keputusan untuk meninggalkan Keynote secara terhormat.

Walau dengan bantuan Hammond, Keynote akhirnya tetap kandas dibawah kepemimpinan baru ini. Keynote akhirnya dijual ke Mercury Records demi menghindari kebankrutan. Dalam sekejap mata semua materi yang direkam Harry lenyap terserap persetujuan baru ini. Seluruh katalog inilah yang akhirnya menjadi cikal bakal munculnya Mercury Records sebagai salah satu label jazz terbesar (sekarang menjadi PolyGram).

Tahun 1949 Harry Lim kembali terjun ke dunia rekaman dengan menciptakan label miliknya sendiri yang diberi nama HL. Walau memproduksi beberapa rekaman yang kualitasnya tinggi namun karena minimnya pemasaran hasilnya kurang dikenal oleh massa umum. Musisi-musisi yang direkam tak kalah legendarisnya dari era Keynote. Al Haig dan Stan Getz sebagai motor utamanya beserta Kai Winding, Blossom Dearie, Jimmy Raney, Tommy Potter, dan Roy Haynes.HarryLim-HLLabel

Di tahun 1955 Harry Lim mencoba membangkitkan kembali Keynote. Kali ini dalam format LP 33 1/3 rpm. Walau awalnya sukses, merekam musisi-musisi seperti Nat Pierce, Ruby Braff, Frank Rehak, Matthew Gee, Billy Byers, Richie Kamuca, Freddie Green, Jimmy Wood, Jo Jones, Harvey Leonard, dan lain-lain, label ini akhirnya kembali kandas karena berbagai kendala. Namun kali ini kandas untuk selamanya.

Sejak tahun 1956 sampai 1973 beliau kerja untuk toko musik Sam Goody di New York City sebagai konsultan dan pengelola departmen jazz. Keberadaan Harry di toko tersebut menjadikan Sam Goody sebagai toko dengan departmen jazz terbaik di New York City. Berbondong-bondong penggemar jazz datang ke toko tersebut mencari Harry untuk dimintai komentar tentang jazz atau saran ketika mereka mencari rekaman jazz terbaru. Hal ini menyebabkan Harry saat itu mendapat nama julukan, “the world’s most knowledgeable record-shop clerk.”

Di tahun 1972 Harry mengambil keputusan untuk kembali berkiprah di dunia rekaman. Dia membentuk sebuah perusahaan rekaman baru yang bernama Famous Door. Nama ini dipakai Harry untuk mengenang dan menghormati sebuah klub jazz legendaris di New York City yang dulu kerap ditandanginya. Lewat Famous Door Harry kembali menunjukkan betapa pekanya beliau dalam hal memproduseri rekaman. Hal ini terbukti kala melihat nama musisi-musisi yang direkam Famous Door: Zoot Sims, Red Norvo, Bill Watrous, George Barnes, Dave McKenna, Scott Hamilton, Butch Miles, Howard Alden, Mundel Lowe, Eddie Miller, Carl Fontana, Eddie Barefield, John Bunch, Charlie Ventura, George Masso, dan lain-lain.

HarryLimStudioRekamanFDSelain musisi yang berkualitas, demikian juga pekanya Harry dalam hal suara yang direkam. Suara yang terdengar dari piringan-piringan hitam keluaran Famous Door tinggi kualitasnya. Hal ini terjadi karena Harry selalu menggunakan teknik rekaman terbaru dan mencetak piringan hitam tersebut dengan bahan mentah vinyl berkualitas tinggi. Hal ini menyebabkan harga piringan hitam Famous Door lebih mahal dibanding keluaran label-label lainnya. Walau demikian hasil penjualan membuktikan hal tersebut bukan sebuah masalah. Label ini terus beroperasi sampai wafatnya Harry Lim di tahun 1990 akibat komplikasi kanker.

Hasil karya Harry terus berkumandang di dunia dan menjadi menjadi saksi penting keberadaan dan status beliau di peta sejarah jazz. Tak terhitung sudah berapa kali hasil karya Harry untuk label Keynote diterbitkan ulang dalam berbagai bentuk, dari piringan hitam, pita, CD, sampai bentuk digital download. Demikian pula dengan karya beliau untuk label Famous Door. Penulis juga turut serta bekerja sama dengan George H. Buck Jr. Jazz Foundation di New Orleans untuk menerbitkan ulang seluruh katalog Famous Door dalam bentuk CD. (ADT)

Tulisan ini pernah diterbitkan di newsletter WartaJazz (Java Jazz Festival) dan WartaJazz.com.


Tulisan Terkait:

Peranan Kaum Peranakan
Tionghoa Indonesia di Jazz

3 thoughts on “Harry Lim: Pelopor Sejati Jazz di Indonesia dan Dunia

  1. Saya senang mengikuti tulisan bersejarah seperti tokoh pelopor musik jazz dan hal lain yang dibagikan Arsip Jazz Indonesia.

  2. Dear Redaksi,

    Baru kali ini saya berkunjung ke situs ini. Sebagai pencinta jazz saya merasa malu juga. Lebih malu lagi baru mengenal tokoh pelopor jazz Indonesia ini, Harry Lim.
    Sebagai pencinta jazz, belakangan saya berusaha hadir pada festival-festival jazz terutama yang dilaksanakan di daerah-daerah. Banyak komunitas jazz yang kini bermunculan. Semoga jazz kian merakyat di negeri kita.
    Beberapa catatan tentang festival-festival jazz itu saya tuliskan di blog saya pada rubrik Jazz dan Saya. Bila berkenan, ditunggu kunjungan dan komentarnya disana.

    Salam dari saya di Sukabumi,

  3. Untuk saya pribadi yg mulai terpikat mendengarkan musik jazz di pertengahan th 2000-an, banyak hal yg belum diketahui soal sejarah jazz di Indonesia khususnya. Semoga ARSIP JAZZ INDONESIA selalu mendapatkan suport dari seluruh insan musik dan pecinta jazz di Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Translate »